Thursday, September 11, 2025

[NOVEL] Kim Soyoon and The Legendary Wand [3.2/2] [Bahasa Indonesia ver.]

CHAPTER 3 THE FIRST WEEKEND

Ketika kami Kembali ke depan main hall, teman-teman kelas satu kami sudah ada disana bersama Daejung oppa dan Minji eonni.

“Oh, disini kalian rupanya,” ujar Daejung oppa sambil tersenyum.

“Kami tidak terlambat kan?” tanya Jiwoo Ketika kami bergabung dengan rombongan.

“Tidak. Kalian sangat tepat waktu. Ayo kita mulai turnya,” putus Minji eonni, “semua siap? Ayo kita berjalan… kemana dulu ya, Daejung?”

Daejung oppa menggaruk-garuk kepalanya, “aku juga bingung. Mungkin ke barat dulu, kalau begitu?”

Kami semua berjalan mengikuti Langkah Daejung oppa dan Minji eonni, sekali lagi mengitari main hall.

“Kalian sudah tau tiga bangunan yang kita sering lewati. Greenhouse 104, room 105 dan room 106. Jika kita ke arah timur, ada room 107. Empat ruangan ini, dengan main hall dan Chaeksong Dungeon terhubung bagian bawah tanahnya sebanyak lima lantai,” jelas Minji, “tapi seperti yang kami bilang semalam, di bawah main hall hanya ada dapur dan empat lantai di bawahnya bukan tempat main ya. Untuk dungeon kita sendiri lima lantai ke bawah berarti ruang rekreasi, kamar lantai satu sampai empat, jadi selain pintu ruang rekreasi, tidak ada pintu lain yang terbuka ke lantai dungeon yang lainnya. Dungeon di bawah greenhouse juga biasanya tidak terpakai, tapi yang di bawah room 105, 106 dan 107, hampir rata-rata dipakai, hampir semuanya untuk kelas ramuan. Kelas ramuan kami sendiri yang hari Rabu memakai dungeon lantai satu di ruangan 106. Jadi kira-kira begitu ya.”

“Di belakang rombongan ruangan ini,” ujar Daejung oppa sambil melebarkan tangannya di depan room 105, “secara garis lurus ke utara, di balik greenhouse 104 ada room 206, room 308, room 407; di balik room 105 ada room 207, room 309 dan room 408; di balik room 106 ada room 208, room 310 dan room 409; di balik room 107 ada room 209, lalu area kosong, dan paling belakang ada room 410. Nah 11 room yang kami sebut itu berada di swaping area. Artinya, posisi mereka berpindah setiap harinya sesuai dengan suasana hati mereka.”

“Berpindah?” tanya Yunsoo, “mereka bisa berjalan?”

“Tidak berjalan secara fisik seperti manusia dan masih tidak ada juga penjelasan logisnya, tapi Profesor Lee Seungwoo bilang, beliau pernah memperhatikan mereka dan tiap jam 12 malam, mereka berpindah begitu saja,” jawab Minji sambil mengedikkan bahunya, “beliau pernah sengaja berada di room 310 dan begitu beliau keluar setelah jam 12 malam, beliau keluar dari ruangan yang tadinya harusnya untuk room 410, padahal jelas beliau memang keluar dari room 310, barang-barangnya masih sesuai.”

Aku menelan ludah dengan susah payah. Semua bangunannya saja sudah sangat mirip dan mereka masih berpindah sesuka hatinya?

“Kami sarankan jika kalian ada kelas yang menggunakan 11 room itu, kalian sebaiknya datang lebih awal supaya tidak terlambat ke kelasnya,” saran Daejung oppa.

Di sebelahku, Kyubong menarik keluar perkamen jadwal Pelajaran.

“Kelas mantra hari Senin di room 308 dan kelas Sejarah sihir hari Senin di room 207,” keluhnya.

“Oppa dan eonni,” Jiwoo mengangkat tangannya, “apa yang dimaksud A dan B di penjelasan jadwal Pelajaran kami?”

“Pertanyaan yang bagus. Itu tandanya di lantai berapa kelas kalian akan dilangsungkan. A berarti lantai satu, B lantai dua dan C lantai tiga. Kalau ada minusnya seperti -A kalian harus turun satu lantai, dan seterusnya,” jawab Minji eonni.

“Ayo kita ke barat,” ajak Daejung oppa memimpin rombongan.

Kami berhenti sejenak di depan room 103 yang berlantai dua.

“Di balik room 103 ada room 205, room 307 dan room 406. Tenang, mereka semua sudah tidak berkaki dan tidak memiliki dungeon juga,” jelas Minji eonni, “ayo maju lagi.”

Kami berhenti di depan room 102 di kanan kami dan di kiri kami, ada Menara yang bertuliskan West Tower 1.

“Di balik room 102 yang normal ini Northwest tower dan greenhouse 306. Sedangkan di balik West Tower 1 ini ada room 101 yang tidak bisa kalian lihat dari sini. Ayo ikuti jalan berbatu ini ke utara,” ajak Daejung oppa.

“Nah kalian bisa melihat sisi samping bangunan dari room 102 di kanan kita, di kiri kita ada room 203,” jelas Minji eonni sambil kami terus berjalan, “pintu masuk Northwest tower di kanan kita. Selain untuk kelas, Northwest tower di lantai delapan dan sembilannya dipakai untuk infirmary; di kiri kita, room 204, seperti yang bisa kalian baca. Maju lagi sedikit, di kanan kita jalan masuk ke greenhouse 306 dan di kiri kita room 305. Nah, ini dia Sinsol Tower.”

Sinsol Tower terlihat sama indahnya seperti Chingeng Tower. Pasti menyenangkan juga tinggal di sebuah Menara.

“Nanti kita lihat ada apa di balik semua ruangan-ruangan ini, tapi kita ambil jalan bersalju dari depan room 203 saja,” putus Daejung oppa.

Kami berjalan balik ke Selatan dan mengambil jalan bersalju, keluar dari jalan berbatu. Perlu perjuangan agak keras melawan salju yang cukup tebal ini.

“Ini room 203 di kanan kita, dan kalian sudah lihat ya, ada room apa saja di baliknya waktu kita ke Sinsol Tower tadi. Di kiri kita, ada room 202 dan room 201,” jelas Minji eonni.

Kami maju lagi dan akhirnya Sampai ke depan Menara yang tertulis West Tower 2 di sebelah kanan kami.

“Di kanan kita ini West Tower 2, dan di baliknya ada room 303, room 304 dan room 405. Di kiri kita ada room 302 dan room 301,” Daejung oppa gantian menjelaskan, “ayo maju lagi,”

Kami terus berjalan di atas salju dan berhenti di depan Menara yang lainnya.

“Di kanan kita ini West Tower 3 dan di baliknya ada room 402, greenhouse 403 dan room 404. Di kiri kita tapi agak jauh itu ada room 401,” tunjuk Minji eonni ke arah kiri.

Sebesar apa Yoora ini? Kami yang dari tadi berjalan ke barat terus masih belum menemukan batas sekolahnya. Ketika aku memikirkan ini, akhirnya aku bisa melihat batas samar-samar Semak belukar setinggi kurang dari dua meter, tak jauh dari depan kami, tapi ada hal lain yang menarik perhatianku.

“Di kiri kita ini adalah the blessed fountain, ayo masuk sebentar,” ajak Daejung oppa.

Pornthip, Youngjae dan Seunghoon sudah berlarian masuk ke area the blessed fountain. Ada sebuah air mancur bertingkat empat di Tengah taman yang lantainya berupa tanah bersalju, lalu banyak kursi Panjang diletakkan mengelilingi air mancurnya. Pornthip duduk di salah satu bangkunya dan menggoyangkan kakinya, selagi Youngjae dan Seunghoon mengagumi air mancurnya.

“Nyaman kan, disini? Ini salah satu tempat nongkrong favoritku. Sekarang kalian tau Dimana kalian bisa bersantai. Kalau sudah musim semi, nanti lantainya semua dari tanah,” ujar Minji eonni bangga, “tapi kita harus jalan terus. Ngomong-ngomong kalau kalian berjalan terus, itu sudah batas barat sekolah kita, jadi ayo kita ke utara sekarang.”

Kami berbelok ke kanan dan masih berjalan menerjang salju. Kami berhenti di depan sebuah bangunan kuno sederhana yang ada di sebelah kiri kami.

“Seperti yang kalian lihat, di sebelah kanan kita ada West Tower 3 dan room 402. Bangunan sederhana di kiri kita ini adalah Teacher Dungeon. Tidak ada papan Namanya, memang,” jelas Daejung oppa, “beberapa guru berkantor di dungeon. Yang paling penting untuk kalian tau adalah Profesor Lee Seungwoo ada di lantai satu dungeon dan Profesor Song Sunja ada di lantai empat dungeon. Area ini juga terhubung dengan 4 lantai dungeon, jadi kantor guru disini, West Tower 3 dan room 402. Ayo kita terus.”

Aku penasaran seperti apa kelihatannya kantor guru, tapi tentu aku tidak berani serta-merta berkunjung ke kantor mereka. Kami ke utara lagi dan area di kiri kami menarik perhatian kami lagi.

“Di kanan kita, greenhouse 403 dan room 404 dan di kiri kita, lihat aliran Sungai kecil yang mengalir ini? Sungainya juga melintasi taman. Kita bisa lihat tamannya sebentar,” ajak Minji eonni.

Kami memasuki area taman yang, sama seperti area the blessed fountain tadi, terasa nyaman. Bedanya, disini memang tidak ada air mancurnya, tapi ada banyak pot, pohon yang semua daunnya rontok karena musim dingin, dan beberapa jalan setapak dari batu, juga beberapa tikar rekreasi yang digelar di atas tanah bersaljunya. Aku melihat beberapa pot tanaman kecil, beberapa bentuk tanamannya aneh, beberapa hanya rantingnya saja, dengan nama-nama murid dan asramanya. Pasti akan menyenangkan untuk sesekali makan snack disini. Kami maju lagi ke arah utara. Di kiri kami ada bangunan yang tampak mirip seperti Gongjong Hall, tapi jauh lebih kecil.

“Ini Teacher Hall. Hanya satu lantai tapi ada tujuh ruangan. Beberapa guru yang mengajar kalian juga berkantor disini,” jelas Daejung oppa, “kalau kita terus, kalian bisa masuk ke jurang. Jadi batas utara kita adalah jurang, jadi lebih baik kalian tidak main ke ujung-ujung sana, tidak ada yang menarik selain kalian bisa melihat laut. Jadi kita bisa berbelok ke timur sekarang.”

Kami berjalan mengikuti arah Sungai kecil yang airnya jernih sekali. Cukup Ajaib sungainya tidak membeku di cuaca sedingin ini.

“Di kanan kita ini room 404, lalu room 405 dan ini adalah area gazebo. Ayo kita lewati,” ajak Minji eonni.

Area gazebo juga terlihat menarik. Di Tengah area ada sebuah kolam jernih dengan beberapa bunga Teratai di atasnya, yang tidak membeku, dikelilingi sepuluh gazebo kecil, yang sepertinya setidaknya bisa menampung sepuluh orang di setiap gazebo. Aku sangat suka Yoora! Kami melewati jembatan kecil di Tengah kolam untuk keluar dari area gazebo dan terus ke timur.

“Kita sudah melewati bagian belakang Sinsol Tower di kanan kita,” jelas Daejung oppa, “ini bagian belakang room 406. Lalu ini, di kiri kita, adalah Teacher Tower. Tidak tinggi memang, hanya ada tiga lantai. Beberapa guru berkantor disini.”

Dibanding Menara-menara yang lainnya, Teacher Tower memang terlihat lebih sederhana dan lebih pendek, tapi tetap saja kuno dan indah. Kami terus berjalan mengikuti aliran Sungai kecil ke arah timur.

“Lihat, kita sudah sampai di swaping area tadi. Aslinya ini seharusnya bagian belakang dari room 407, room 408, room 409 dan room 410. Ada yang mau cek sekarang jadinya room berapa disana?” tawar Minji eonni.

Kyubong dan Youngjae cepat-cepat berlarian, satu ke arah kanan dan satu ke kiri. Mereka Kembali cukup cepat karena terus berlarian.

“Yang di kanan jadi room 310 dan room 409,” lapor Kyubong.

“Room 410 tidak berpindah tapi di tempat room 409 malahan room 209,” lapor Youngjae dengan dahi mengernyit.

“Sudah kubilang mereka selalu berpindah,” tawa Daejung oppa, “nah ini, di antara belakang room 409 dan room 410 seharusnya… ada the north lake. Kalian bisa nongkrong disini.”

Kami sibuk ber-wow ria dengan pemandangan the north lake. Rupanya aliran Sungai kecilnya berhenti di danau ini, yang secara Ajaib, juga tidak membeku. Di sisi terdekat danau, banyak tikar piknik yang digelar, tapi kami tidak bisa mencapai sisi satunya karena sepertinya itu jurang yang dimaksud Daejung oppa.

“Di ujung sana jurang ya, danaunya sudah cukup luas untuk mencegah kalian yang penasaran untuk tidak berlarian ke sisi satunya. Jangan coba-coba,” wanti Minji eonni, “mainlah disini nanti. Ayo kita lanjut. Kalian akan melewatkan makan siang hari ini tapi kalian bisa makan snack jam tiga nanti.”

Kami sudah berjalan sampai bagian belakang dari Gongjong Hall yang luas.

“Ini Gongjong Hall. Murid Gongjong tinggal di hall yang luas yang sering kami bercandakan sebagai penginapan,” tawa Daejung oppa, “tapi terlihat nyaman, ya? Tak jauh di depan Gongjong Hall ada room 107 di sebelah baratnya dan greenhouse 210 di sebelah timurnya. Nanti kita bisa lihat waktu lewat depannya.”

“Kita sudah lewat,” bisik Seunghoon bangga.

Kami maju terus dan ada area yang luas sekali disini sebelum kami bertemu bangunan berikutnya.

“Di kanan kita, Northeast Tower. Ada ekstrakurikuler broadcasting yang cukup terkenal disini, tapi kurasa mereka belum merekrut anak kelas satu di semester satu… ketuanya Lee Songmin oppa dari Sinsol. Kalian akan terkejut nanti betapa terkenalnya para DJ di sekolah kita ini,” tawa Minji eonni, “mereka di lantai dua belas. Kurasa akan mulai siaran besok siang? Atau Senin? Entahlah. Nah kalian lihat di kiri kita? Ini perpustakaan enam lantai kita. Percayalah segalanya ada disini. Daejung kurasa hafal dengan semua bukunya. Maju sedikit, di sebelah northeast tower ada room 411.”

“Secara berurutan sih di depan northeast tower ada room 311, room 312, room 313 dan di depan room 411 ada greenhouse 412, room 413 dan room 414,” jelas Daejung oppa.

Setelah melewati perpustakaan, ada area bersalju yang luas sekali.

“Disana sudah perbatasan sebelah timur, jadi kita belok saja ke Selatan. Nah lihat, ini sisi samping room 411 di kanan kita, lalu greenhouse 412… dan Menara ini adalah owl tower. Memang Namanya owl tower tapi beberapa hewan peliharaan kalian yang lain juga bisa beristirahat disini. Ada Sembilan lantai, cukup luas dan banyak sekali burung hantunya. Dan kalau kita terus, ini sisi samping room 413,” jelas Minji eonni.

Aku mengagumi Owl Tower yang meskipun Cuma kandang burung hantu dan hewan peliharaan, menaranya terlihat indah dengan aksitektur abad pertengahan, sama seperti perpustakaan tadi.

“Ini sisi samping room 414 dan kalau kita melewati jalan berbatu ini,” ujar Daejung oppa, dan ternyata kami sudah bertemu jalan berbatu lagi, “ini east tower dan di depannya ada room 415 dan di kiri kita ini…”

“Quidditch Stadium!” seru Huang Renxian.

Beberapa anak sudah berlarian mendekati stadion quidditch yang luas sekali. Kami bisa melihat lima tribun penonton yang tinggi di sekeliling stadionnya.

“Musim Quidditch akan dimulai bulan Mei, tapi nanti ada audisi yang diadakan di bulan April dan tentu saja kalian boleh mengikuti audisinya. Semoga beberapa dari kalian akan masuk tim… Seingatku kita kehilangan 6 pemain karena kelas 7 juga sudah tidak boleh bermain quidditch lagi, dan beberapa juga sudah lulus tahun kemarin,” ujar Minji eonni.

“Ayo ayo, atau kalian juga akan ketinggalan snack,” Daejung oppa perlu menghalau beberapa anak yang sudah hilang kendali, “kita terus di jalan berbatu saja, jadi Kembali sedikit… nah kita sudah lewat room 414 dan bagian depan dari east tower.”

“Ini di kanan kita room 313 dan di kiri kita room 314, kalian bisa baca papannya,” Minji eonni menunjuk ke kanan dan ke kiri.

“Kalian lihat tower di kiri kita? Tetangga kita, Chingeng Tower. Sama seperti Sinsol, ada 8 lantai di tower ini. Nanti kita lewat depannya,” jelas Daejung oppa, “toh ada jalan berbatu yang menghubungkan asrama kita dan Chingeng, kalau kalian perhatikan jalan berbatu di depan asrama kita yang bisa terus ke timur.”

“Yang ini greenhouse 210 dan di kiri ada room 211. Kita sudah selesai sebenarnya. Ini perempatan yang kalau kita ke kanan, menuju Gongjong Hall. Ayolah kita lihat sebentar,” ajak Minji eonni.

Kami mengikuti jalan berbatu dan mengunjungi bagian depan Gongjong Hall, jalur yang kami gunakan tadi pagi. Setelah itu, kami mengikuti kedua prefek kami ke arah Selatan.

“Di kanan kita ini sisi samping dari room 107. Kita terus ke Selatan… ada room 211 ini, kalian bisa lihat di kiri kita, lalu di kanan kita, kalian mengenalnya dengan baik, bangunan permukaan Chaeksong Dungeon kita… dan jalan berbatu berakhir di perbatasan Selatan, belok kiri… jalan masuk Chingeng Tower,” jelas Daejung oppa Panjang.

Murid-murid berceloteh mengangumi Chingeng Tower.

“Ini berarti tur kita selesai dan jam makan snack hampir dimulai. Kalian lapar, bukan?” tanya Minji eonni.

“Aku sudah lemas, eonni,” keluh Pornthip yang diiyakan oleh murid-murid lainnya.

Daejung oppa tertawa lagi, “aku mengerti kalian makan banyak selama masa pertumbuhan. Ayo kita masuk lewat permukaan, lalu ke main hall lewat bawah. Kalian tentunya ingin mencoba jalan itu juga.”

Seunghoon dan Youngjae dengan bersemangat berlari ke Chaeksong Dungeon, membuat Daejung oppa tertawa lagi. Kami semua berjalan ke barat ke arah Chaeksong Dungeon.

“Eonni, Yoora kan besar sekali ya, dan sulit sekali menghafal semua bangunan tadi. Kenapa Yoora tidak menyediakan semacam map?” tanya Jiwoo penasaran.

“Demi alasan keamanan, sebenarnya. Kita tidak pernah tau siapa yang ingin berbuat jahat dan bagaimana kalau mereka jadi tau semua Lokasi Yoora dalam selembar peta?” Minji eonni balik bertanya, “seringlah berjalan-jalan dan aku yakin kalian akan cepat menghafalkannya. Daejung yang paling cepat menghafal di antara kami, belum genap satu semester di kelas satunya, dia sudah tidak tersesat. Jungeun dan Ilsung, kedua oppa kalian itu (Minji eonni melirikku sebentar dan tertawa) pernah membuat kekacauan dengan menghilang entah kemana beberapa kali, bahkan sampai mereka kelas dua. Kurasa yang kelas dua mereka hanya sengaja. Kami sudah hafal trik mereka dan Profesor Lee Seungwoo bilang akan mendetensi mereka kalau mereka pura-pura menghilang lagi.”

Kami bertiga dan Daejung oppa yang berjalan di sampingku ikut tertawa.

“Sogogi!” teriak Seunghoon lantang dan segera melompat ke bawah Cerberus dengan lincahnya.

“Tak perlu meneriakkan kata kunci selantang itu, Seunghoon,” Hardik Daejung oppa sambil tertawa.

Satu persatu murid masuk dan aku masuk setelah Kyubong. Ruang rekreasi agak kosong, aku melihat hanya ada beberapa anak di ruang rekreasi yang duduk bersantai di sofa.

“Baru selesai tur?” tanya seorang murid laki-laki tampan yang sedang terenyak di sofa bulat.

“Iya,” jawab Minji eonni, “kau tidak makan snack, Jihu? Rasanya aku tidak pernah melihat kau melewatkan jam makan snack.”

“Oh iya, ini sudah waktunya ya. Apakah mereka juga mau kesana?”

Aku melirik jam besar di atas perapian yang menunjukkan jam tiga lewat hampir sepuluh menit.

“Ya, kami juga akan kesana, mau bawa mereka lewat bawah,” jawab Daejung oppa.

“Ayo kesana sama-sama kalau begitu.”

“Oh ya, kapan kalian akan mulai siaran? Kelas satu, dia adalah Yook Jihu, salah satu penyiar kita. Sekarang dia kelas tiga,” Minji eonni memperkenalkan.

“Halo, kelas satu, aku Yook Jihu, kelas tiga. Kami akan mulai siaran Senin jam makan siang. Kim Sooyeon akan siaran duluan. Nanti kalian yang berminat ikut audisi untuk ikut ekstrakurikuler broadcasting, hubungi aku saja ya. Chaeksong punya banyak penyiar sih. Oh, kalian…”

Jihu oppa menunjukku dan Jiwoo, lalu menunjuk Daejung oppa.

Daejung oppa tertawa, “adikku, Kim Soyoon, dan ya, kau benar, ini Park Jiwoo. Mirip sekali Kyungok noona, kan?”

Jihu oppa juga tertawa, “benar, hyung. Nah, oppa dan eonni kalian juga penyiar.”

“Siapa? Jungeun oppa?” aku membelalakkan mataku membayangkan Jungeun oppa melakukan hal yang serius.

Aku bisa paham Kyungok eonni, tapi Jungeun oppa?

“Ya, Jungeun hyung. Kau akan terkejut dia bisa siaran dengan sangat baik. Ah ayo ke main hall, perutku lapar. Ayo, keluar lewat pintu sana.”

Seolah prefek, Jihu oppa memerintahkan anak kelas satu untuk maju. Aku masih bingung tidak ada yang memberitahuku bahwa Jungeun oppa adalah seorang DJ di sekolah. Aku mengekori Sarang untuk keluar dari pintu yang asing. Di balik pintu ini rupanya koridor kosong, tapi syukurlah tidak terlalu gelap karena banyak obor di dindingnya.

“Kalau kalian bisa mengingat arah dengan baik,” ujar Daejung oppa yang berhenti di depan sebuah lorong di kiri kami setelah berjalan maju sekitar dua meter, “lorong di kiri ini berarti kita ke timur, lorong yang langsung mengarahkan kita ke dapur. Kalau kita terus sekitar lima meter, nanti akan ada 4 lorong di sebelah kanan, lorong pertama mengarahkan kalian masuk ke room 107 di lantai dungeon A, lalu berturut-turut lorong berikutnya membawa kalian ke dungeon room 106, room 105, dan greenhouse 104. Di lorong-lorong kecil itu ada tangga yang bisa membawa kalian turun atau naik dungeon. Sekarang kita ke kiri.”

Kami semua berjalan berdekatan mengikuti Langkah Daejung oppa, Minji eonni dan Jihu oppa. Mendadak jalan kami dihalangi oleh sebuah pintu besar.

“Ini pintu yang mengarah ke dapur. Sebenarnya peri rumah Yoora sangat baik. Kalau kalian lapar, kalian boleh minta snack pada mereka. Tapi jangan terlalu sering mengganggu mereka ya, biarkan mereka beristirahat,” Minji eonni mengingatkan, “Jungeun dan Ilsung terlalu sering kesini. Titip mereka saja.”

“Apakah oppa kalian semacam troublemaker?” tanya Seunghoon polos.

Aku dan Jiwoo hanya saling memandang, tak tau bagaimana menjawab Seunghoon.

“Kita ke kanan,” ajak Jihu oppa.

Kami melewati lorong sempit yang hanya muat untuk tiga orang dan menaiki tangga batu yang cukup pendek. Aku bisa mengenalinya sebagai tangga di aula depan main hall.

“Kita sudah sampai! Ayo kita makan!” ajak Daejung oppa.

“Terima kasih untuk turnya Daejung oppa, Minji eonni dan Jihu oppa!” ujarku ceria.

Jihu oppa menggaruk-garuk kepalanya sambil tersenyum. Kami masuk ke dalam ruangan yang rupanya cukup ramai dengan murid-murid yang sedang makan snack. Begitu duduk, aku langsung menarik crème brulee ke arahku. Melewatkan makan siang rupanya membuatku sangat lapar. Aku melirik meja Gongjong dan baik Youngmin maupun Minsu belum ada disitu.

“Jadi,” ujar Pornthip yang duduk di kananku, menarik crème brulee juga, “Dimana kita akan habiskan waktu sore ini? Ayo ajak Youngmin dan Minsu juga begitu mereka sudah muncul.”

“Bagaimana kalau ke blessed fountain?” usulku.

“Boleh juga. Aku setuju saja sih. Ayo kita nikmati dulu akhir pekan kita sebelum Pelajaran dimulai,” ujar Seunghoon yang duduk di hadapanku.

Ya benar, mau bagaimanapun, ayo nikmati saja hari-hariku di Yoora School.

No comments:

Post a Comment

[NOVEL] Kim Soyoon and The Legendary Wand [3.2/2] [English ver.]

CHAPTER 3 THE FIRST WEEKEND When we returned to the front of the main hall, our first grade friends were already there along with Daejung op...