아직 잠깐만 are you ready
Hold on, wait, are you ready
내가 신호를 주면
When I give you the sign
하나 둘 셋 세고 눈을 떠 봐
Count to three and open your eyes
뭣 때문에 내가 이러는지
I’m sure you’re curious
넌 궁금해 하지만
Why I’m doing this
아무 날도 아닌걸
But it’s not just any day
Like Monday Tuesday Wednesday Thursday
너와 함께한 순간 내겐 always
Moments with you
매일 같이 특별했었으니까
Are always special
불어 봐 candle light candle light candle light baby
Blow on the candle light, candle light, candle light baby
함께해 준 모든 날 고맙다는 뜻이야
It means I’m thankful for all the days we spent together
이럴 땐 왠지 난 왠지 난 왠지 난 baby
At times like this, for some reason, baby
쑥스럽긴 하지만 널 사랑한단 뜻이야
I get shy but it means I love you
환하게 미소 진 눈부신 널 보니
When I see you brightly smiling and dazzling
Na na na na na na na
너와 나 영원히 해달란 소원이
My wish of us being together forever
다 이뤄질 것 같아
Seems like it will come true
마음속에 네가 있기에
Because you’re in my heart
자연스러워 내 멜로디
My melody is natural
너로 인해 가능해졌어 나의 꿈들이
My dreams were possible through you
이루고 싶어 전부 너와 함께
I want to fulfill them all with you
혼자가 아닌 이제 너와 같이 girl
I’m not alone, I’m with you girl
나 홀로 누군가가 필요할 때 나타나준 너
When I needed someone, you came to me
평범함 속에도 너의 소중함을 celebrate
Even in the ordinary, I celebrate your preciousness
촛불같이 놓여진 street 불빛들 마저 특별해
Streets shining with candles, even the lights are so special
늘 내 곁에 있어 줘
Always stay by my side
(NCT DREAM – Candle Light)
MIN
DONGHYUN’S POV
Aku baru selesai mandi dan memijat lengan
kiriku yang pegal. Aku harus tetap dalam kondisi prima besok karena aku harus
menang di semua cabang olahraga yang aku ikuti.
“Hey Donghyun, bagaimana?” tanya Hyeil
hyung yang baru memasuki kamar ganti, “kelasmu menang semua?”
“Kami kalah di taekwondo. Langsung kalah
melawan Chungdae hyung,” keluhku, “hyung tidak nonton?”
“Oh, yang itu, aku nonton kok. Aku kasian
pada temanmu itu, pasti dia kena knock
out. Chungdae sudah lama pegang black
belt, kita tau itu.”
“Bagaimana dengan kelas hyung?” tanyaku
penasaran, karena aku belum sempat mengobrol dengan Dongsun hyung.
“Kami Cuma kalah di senam dan panahan. Kau
tau sendiri Joonki menjadi bahan tertawaan. Dan wakil kami kalah di tanganmu.
Memang aku tadinya ingin ikut panahan. Andaikan aku yang ikut mungkin kami tak
akan kalah,” sesal Hyeil hyung, “kau tau aku akan memberikan perlawanan
padamu.”
“Andaikan satu orang boleh ikut 5 cabang
yah hyung,” tawaku miris.
“Ngomong-ngomong,” ujar Hyeil hyung
pelan-pelan sambil mengganti kaosnya, “pertanyaanmu yang sudah lama kau ajukan
padaku, aku sudah tau jawabannya.”
“Pertanyaan yang mana?” tanyaku bingung.
“Tentang favoritnya miss Baek.”
Aku terdiam. Aku lupa pernah membicarakan
itu dengan Hyeil hyung. Mungkin waktu itu tidak sengaja keceplosan. Tapi aku
ingin tau juga apa jawaban miss Baek.
“Favorit dia itu kau.”
“Aku?”
“Ya, dia bilang kau favoritnya,” ujar Hyeil
hyung sambil lalu setelah berhasil memakai kaos barunya.
“Lalu siapa lagi hyung?”
“Lalu hyungmu, aku, Chungdae dan Joonki.”
Oh, dia menyebut nama Chungdae hyung.
“Sebenarnya untuk apa kau perlu informasi
itu?”
“Aku ingin tau siapa yang lebih
diperhatikan miss Baek. Aku, atau
Chungdae hyung.”
“Chungdae? Ada apa dengannya?”
“Mereka terlihat akrab kan, hyung?”
“Siapa? Chungdae dan Youngkyong?”
“Chungdae hyung dan miss Baek,” jawabku sambil memberi penekanan pada nama miss
Baek.
“Well
mereka terlihat akrab sih apalagi semenjak miss Baek jadi wali kelas 3A dan Chungdae ketua kelasnya. Tapi apa
hubungannya…” Hyeil hyung tampak menggaruk belakang kepalanya namun mendadak
matanya membulat, “DONGHYUN! JANGAN KATAKAN…”
“Hyung, tolong jangan beritau ini pada
siapapun,” pintaku, “kurasa aku jatuh cinta pada miss Baek Choeun.”
Hyeil hyung menjatuhkan raket yang
dipegangnya.
***
Hari kedua pekan olahraga Hwachin School.
Sesungguhnya aku kagum pada kekuatan anak-anak. Mereka berolahraga selama dua
hari tapi mereka tidak terlihat lelah. Aku yang berkeliling saja sudah
kelelahan, bagaimana dengan mereka? Tapi mungkin itu karena aku sudah semakin
tua. Aku sedang mengunjungi lomba panahan, sementara Chungdae bersiap-siap
untuk pertandingan sepakbola setelah ini.
“MIN DONGHYUN AAAAA~”
Gila, itu teriakan paling keras yang pernah
kudengar sepanjang tahun ini. Sekelompok gadis kelas 1 SMA berkerumun dan
membawa banner bertuliskan nama민동현dan untuk karakterㅇmereka sengaja menggantinya dengan love shape. Sepertinya mereka anggota
baru Min Brothers Fansclub. Memang
tidak bisa dipungkiri Donghyun terlihat keren ketika berolahraga, apalagi dia
dan busur panahnya tampak menyatu dan begitu hidup. Dan tadi pagi dia baru
melaju lagi di bowling menuju semifinal. Chungdae juga masih menang dan akan ke
semifinal juga, tapi mereka tidak bertemu. Jika keduanya menang nanti, mereka
akan bertemu di final.
“Bayangkan kalau dia adalah aktor di drama
saeguk,”mendadak Eunyul eonni muncul di sampingku.
“Dia menjadi putra mahkota?”
“Atau adik putra mahkota, putra mahkotanya
si Dongsun.”
“Bayangkan dia memakai hanbok mahal?”
“Ah itu membuatku gila,” bisik Eunyul eonni
sambil mengambil video Donghyun.
“Min Donghyun kelas 2B menang!” ujar Hwang
Saem yang menjadi komentator perlombaan panahan, “akan melaju ke babak
semifinal besok.”
“DONGHYUN-SSI SARANGHAE!” jerit para gadis
histeris.
Aku memutar bola mataku. Dengan cepat
Donghyun berlarian menghampiriku.
“Miss,
apa pertandingan sepakbola kelasku sudah dimulai?” tanyanya, wajahnya tampak
sedikit berkeringat.
“Belum, setelah pertandingan kelas kami
dulu.”
“Baik, aku bisa beristirahat sambil
menonton. Ayo kita ke sana bersama.”
Akhirnya aku, Donghyun dan Eunyul eonni
sama-sama ke lapangan sepakbola. Donghyun meminjam buku catatanku.
“Berarti kalau kelas kami dan kelas 3A
menang dan di semifinal menang lagi, kami akan bertemu di final,”ujar Donghyun.
“Bagaimana menurutmu, 3A bisa menang? 3B
punya banyak pemain bagus.”
“Cukup sulit. Tapi bukan berarti tak ada
peluang miss.”
“Sejujurnya saat ini aku berharap kelasku
menang,” ujarku ketika kami sama-sama memasuki area lapangan sepakbola.
“Dan ketika final miss masih akan mendukung kelas 3A?” tanya Donghyun sambil
menatapku, “aku tau itu kelas miss.
Tapi mendengarnya, aku sedih.”
Aku belum bisa menjawab apapun ketika
teriakan ramai penonton memenuhi lapangan.
“Apa dia tak apa?”
“Tampaknya itu cukup keras.”
Aku mengalihkan pandangan ke lapangan dan
aku melihat Chungdae terjatuh, lalu memegangi kakinya. Wasit datang mengecek
Chungdae. Chungdae berusaha berdiri dibantu Dongsun, tapi dia akhirnya duduk
lagi.
“Itu pasti tak sengaja,” ujar Eunyul eonni,
“tapi kenanya cukup keras.”
Aku memandangi sekitar dengan panik ketika
Chungdae digiring keluar menuju kamar ganti dengan tandu. Chungdae diganti
dengan Hakyeon.
“Tunggu sebentar, aku akan menjenguk
Chungdae,” pintaku pada Donghyun dan Eunyul eonni.
Aku berharap luka Chungdae tidak parah. Aku
tak peduli kalau 3A kehilangan satu wakil di taekwondo, Dongsun masih bisa
melaju. Tapi kalau keadaan Chungdae begini…
“HEO CHUNGDAE! Park Saem, apa luka Chungdae
tidak parah?” tanyaku pada Park Saem dari School
Infirmary yang baru memeriksa kakinya.
“Kaki kirinya agak sedikit terkilir. Ada
baiknya dia bertemu denganku sesudah jam 5 sore nanti. Untuk sekarang aku harus
ke lapangan lagi. Tapi aku sudah memberinya pengobatan awal.”
“Baik, terimakasih saem.”
Aku segera duduk di samping Chungdae yang
duduk dengan kaki kirinya diletakkan di atas bangku di seberangnya.
“Aku tersentuh miss sungguh perhatian padaku,” ujarnya sambil tersenyum lebar.
“Kau masih bisa bercanda. Apa yang kau
rasakan sekarang?” tanyaku dengan dahi berkerut.
“Agak baikan setelah digosokkan obat. Boleh
aku turun lagi?”
Aku kembali merasakan keinginan hebat untuk
memukul kepalanya.
“Kau sudah diganti.”
“Ah sayang sekali…padahal itu tidak perlu.”
“Aku akan mencari penggantimu untuk
taekwondo.”
“Tidak! Aku masih bisa melakukannya.”
“Dengan kakimu yang cedera itu? Ayolah
Chungdae, jangan keras kepala.”
“Aku harus keras kepala.”
“Kenapa?”
“Aku harus memenangkan taruhan itu,” jawab
Chungdae, wajahnya terlihat gusar.
“Aku masih akan menganggapmu menang.”
“Aku harus menang itu seperti seorang pria.
Tolong dukung aku miss.”
Jantungku berdebar lagi. Sejenak dia
terlihat jauh lebih dewasa dari umurnya.
“Tapi bagaimana kalau kau terluka?”
“I
promise you, I won’t get hurt, miss,” jawabnya tanpa berpikir Panjang.
***
“Kau bilang dia terluka? Tapi kenapa dia
masih ikut turnamen taekwondo?” tanya Eunyul eonni.
Kami duduk menonton pertandingan taekwondo
sore itu. Dongsun menang lagi dan sekarang Chungdae sedang bertanding.
“Eonni tau, dia keras kepala.”
“Kalau lawannya menyerang kaki kirinya, dia
akan habis.”
Aku meremas ujung blazer-ku dengan cemas saat aku menonton Chungdae bertanding. Dia
terlihat tidak seimbang. Tapi rupanya aku terlalu banyak khawatir. Wakil SMP 2A
dikalahkannya juga. Fans Chungdae berteriak bahagia dan Chungdae merayakannya
dengan berlarian di sekeliling arena.
“Jika Chungdae dan Dongsun menang besok,
akan terjadi all 3A final match,” ujar Eunyul eonni.
“Entah aku akan memihak siapa,” kataku
sambil menghela nafas Lelah.
“Jujur saja kau akan memihak Chungdae kan.”
Yang disebut baru saja menghampiri kami.
“Miss,
sesudah pertandingan voli ayo temani aku dirawat Park Saem,” pintanya.
Untunglah sepertinya dia tidak mendengar
pembicaraan kami.
“Kenapa aku harus menemanimu?” tanyaku
heran.
“Tentunya karena miss tidak mau murid tampanmu ini terluka lebih parah kan?”
“Kau sepertinya sudah sehat.”
“Tidak kok,” jawab Chungdae sambil duduk di
sebelahku dan mendadak memegangi kaki kirinya, “aduh aduh sakit sekali.”
Aku memutar bola mataku, “hentikan aktingmu
itu.”
Eunyul eonni-pun tertawa melihat ulah Chungdae.
No comments:
Post a Comment