Monday, September 8, 2025

[NOVEL] I'm (Not) Allow to Love You [Three.2/2] (Bahasa Indonesia ver.)


아직 잠깐만 are you ready

Hold on, wait, are you ready

내가 신호를 주면

When I give you the sign

하나 둘 셋 세고 눈을 떠 봐

Count to three and open your eyes

뭣 때문에 내가 이러는지

I’m sure you’re curious

넌 궁금해 하지만

Why I’m doing this

아무 날도 아닌걸

But it’s not just any day

 

Like Monday Tuesday Wednesday Thursday

너와 함께한 순간 내겐 always

Moments with you

매일 같이 특별했었으니까

Are always special

 

불어 봐 candle light candle light candle light baby

Blow on the candle light, candle light, candle light baby

함께해 준 모든 날 고맙다는 뜻이야

It means I’m thankful for all the days we spent together

이럴 땐 왠지 난 왠지 난 왠지 난 baby

At times like this, for some reason, baby

쑥스럽긴 하지만 널 사랑한단 뜻이야

I get shy but it means I love you

환하게 미소 진 눈부신 널 보니

When I see you brightly smiling and dazzling

Na na na na na na na

너와 나 영원히 해달란 소원이

My wish of us being together forever

다 이뤄질 것 같아

Seems like it will come true

 

마음속에 네가 있기에

Because you’re in my heart

자연스러워 내 멜로디

My melody is natural

너로 인해 가능해졌어 나의 꿈들이

My dreams were possible through you

이루고 싶어 전부 너와 함께

I want to fulfill them all with you

혼자가 아닌 이제 너와 같이 girl

I’m not alone, I’m with you girl

나 홀로 누군가가 필요할 때 나타나준 너

When I needed someone, you came to me

평범함 속에도 너의 소중함을 celebrate

Even in the ordinary, I celebrate your preciousness

촛불같이 놓여진 street 불빛들 마저 특별해

Streets shining with candles, even the lights are so special

늘 내 곁에 있어 줘

Always stay by my side

(NCT DREAM – Candle Light)


MIN DONGHYUN’S POV

Aku baru selesai mandi dan memijat lengan kiriku yang pegal. Aku harus tetap dalam kondisi prima besok karena aku harus menang di semua cabang olahraga yang aku ikuti.

“Hey Donghyun, bagaimana?” tanya Hyeil hyung yang baru memasuki kamar ganti, “kelasmu menang semua?”

“Kami kalah di taekwondo. Langsung kalah melawan Chungdae hyung,” keluhku, “hyung tidak nonton?”

“Oh, yang itu, aku nonton kok. Aku kasian pada temanmu itu, pasti dia kena knock out. Chungdae sudah lama pegang black belt, kita tau itu.”

“Bagaimana dengan kelas hyung?” tanyaku penasaran, karena aku belum sempat mengobrol dengan Dongsun hyung.

“Kami Cuma kalah di senam dan panahan. Kau tau sendiri Joonki menjadi bahan tertawaan. Dan wakil kami kalah di tanganmu. Memang aku tadinya ingin ikut panahan. Andaikan aku yang ikut mungkin kami tak akan kalah,” sesal Hyeil hyung, “kau tau aku akan memberikan perlawanan padamu.”

“Andaikan satu orang boleh ikut 5 cabang yah hyung,” tawaku miris.

“Ngomong-ngomong,” ujar Hyeil hyung pelan-pelan sambil mengganti kaosnya, “pertanyaanmu yang sudah lama kau ajukan padaku, aku sudah tau jawabannya.”

“Pertanyaan yang mana?” tanyaku bingung.

“Tentang favoritnya miss Baek.”

Aku terdiam. Aku lupa pernah membicarakan itu dengan Hyeil hyung. Mungkin waktu itu tidak sengaja keceplosan. Tapi aku ingin tau juga apa jawaban miss Baek.

“Favorit dia itu kau.”

“Aku?”

“Ya, dia bilang kau favoritnya,” ujar Hyeil hyung sambil lalu setelah berhasil memakai kaos barunya.

“Lalu siapa lagi hyung?”

“Lalu hyungmu, aku, Chungdae dan Joonki.”

Oh, dia menyebut nama Chungdae hyung.

“Sebenarnya untuk apa kau perlu informasi itu?”

“Aku ingin tau siapa yang lebih diperhatikan miss Baek. Aku, atau Chungdae hyung.”

“Chungdae? Ada apa dengannya?”

“Mereka terlihat akrab kan, hyung?”

“Siapa? Chungdae dan Youngkyong?”

“Chungdae hyung dan miss Baek,” jawabku sambil memberi penekanan pada nama miss Baek.

Well mereka terlihat akrab sih apalagi semenjak miss Baek jadi wali kelas 3A dan Chungdae ketua kelasnya. Tapi apa hubungannya…” Hyeil hyung tampak menggaruk belakang kepalanya namun mendadak matanya membulat, “DONGHYUN! JANGAN KATAKAN…”

“Hyung, tolong jangan beritau ini pada siapapun,” pintaku, “kurasa aku jatuh cinta pada miss Baek Choeun.”

Hyeil hyung menjatuhkan raket yang dipegangnya.

***

Hari kedua pekan olahraga Hwachin School. Sesungguhnya aku kagum pada kekuatan anak-anak. Mereka berolahraga selama dua hari tapi mereka tidak terlihat lelah. Aku yang berkeliling saja sudah kelelahan, bagaimana dengan mereka? Tapi mungkin itu karena aku sudah semakin tua. Aku sedang mengunjungi lomba panahan, sementara Chungdae bersiap-siap untuk pertandingan sepakbola setelah ini.

“MIN DONGHYUN AAAAA~”

Gila, itu teriakan paling keras yang pernah kudengar sepanjang tahun ini. Sekelompok gadis kelas 1 SMA berkerumun dan membawa banner bertuliskan nama민동현dan untuk karaktermereka sengaja menggantinya dengan love shape. Sepertinya mereka anggota baru Min Brothers Fansclub. Memang tidak bisa dipungkiri Donghyun terlihat keren ketika berolahraga, apalagi dia dan busur panahnya tampak menyatu dan begitu hidup. Dan tadi pagi dia baru melaju lagi di bowling menuju semifinal. Chungdae juga masih menang dan akan ke semifinal juga, tapi mereka tidak bertemu. Jika keduanya menang nanti, mereka akan bertemu di final.

“Bayangkan kalau dia adalah aktor di drama saeguk,”mendadak Eunyul eonni muncul di sampingku.

“Dia menjadi putra mahkota?”

“Atau adik putra mahkota, putra mahkotanya si Dongsun.”

“Bayangkan dia memakai hanbok mahal?”

“Ah itu membuatku gila,” bisik Eunyul eonni sambil mengambil video Donghyun.

“Min Donghyun kelas 2B menang!” ujar Hwang Saem yang menjadi komentator perlombaan panahan, “akan melaju ke babak semifinal besok.”

“DONGHYUN-SSI SARANGHAE!” jerit para gadis histeris.

Aku memutar bola mataku. Dengan cepat Donghyun berlarian menghampiriku.

Miss, apa pertandingan sepakbola kelasku sudah dimulai?” tanyanya, wajahnya tampak sedikit berkeringat.

“Belum, setelah pertandingan kelas kami dulu.”

“Baik, aku bisa beristirahat sambil menonton. Ayo kita ke sana bersama.”

Akhirnya aku, Donghyun dan Eunyul eonni sama-sama ke lapangan sepakbola. Donghyun meminjam buku catatanku.

“Berarti kalau kelas kami dan kelas 3A menang dan di semifinal menang lagi, kami akan bertemu di final,”ujar Donghyun.

“Bagaimana menurutmu, 3A bisa menang? 3B punya banyak pemain bagus.”

“Cukup sulit. Tapi bukan berarti tak ada peluang miss.

“Sejujurnya saat ini aku berharap kelasku menang,” ujarku ketika kami sama-sama memasuki area lapangan sepakbola.

“Dan ketika final miss masih akan mendukung kelas 3A?” tanya Donghyun sambil menatapku, “aku tau itu kelas miss. Tapi mendengarnya, aku sedih.”

Aku belum bisa menjawab apapun ketika teriakan ramai penonton memenuhi lapangan.

“Apa dia tak apa?”

“Tampaknya itu cukup keras.”

Aku mengalihkan pandangan ke lapangan dan aku melihat Chungdae terjatuh, lalu memegangi kakinya. Wasit datang mengecek Chungdae. Chungdae berusaha berdiri dibantu Dongsun, tapi dia akhirnya duduk lagi.

“Itu pasti tak sengaja,” ujar Eunyul eonni, “tapi kenanya cukup keras.”

Aku memandangi sekitar dengan panik ketika Chungdae digiring keluar menuju kamar ganti dengan tandu. Chungdae diganti dengan Hakyeon.

“Tunggu sebentar, aku akan menjenguk Chungdae,” pintaku pada Donghyun dan Eunyul eonni.

Aku berharap luka Chungdae tidak parah. Aku tak peduli kalau 3A kehilangan satu wakil di taekwondo, Dongsun masih bisa melaju. Tapi kalau keadaan Chungdae begini…

“HEO CHUNGDAE! Park Saem, apa luka Chungdae tidak parah?” tanyaku pada Park Saem dari School Infirmary yang baru memeriksa kakinya.

“Kaki kirinya agak sedikit terkilir. Ada baiknya dia bertemu denganku sesudah jam 5 sore nanti. Untuk sekarang aku harus ke lapangan lagi. Tapi aku sudah memberinya pengobatan awal.”

“Baik, terimakasih saem.”

Aku segera duduk di samping Chungdae yang duduk dengan kaki kirinya diletakkan di atas bangku di seberangnya.

“Aku tersentuh miss sungguh perhatian padaku,” ujarnya sambil tersenyum lebar.

“Kau masih bisa bercanda. Apa yang kau rasakan sekarang?” tanyaku dengan dahi berkerut.

“Agak baikan setelah digosokkan obat. Boleh aku turun lagi?”

Aku kembali merasakan keinginan hebat untuk memukul kepalanya.

“Kau sudah diganti.”

“Ah sayang sekali…padahal itu tidak perlu.”

“Aku akan mencari penggantimu untuk taekwondo.”

“Tidak! Aku masih bisa melakukannya.”

“Dengan kakimu yang cedera itu? Ayolah Chungdae, jangan keras kepala.”

“Aku harus keras kepala.”

“Kenapa?”

“Aku harus memenangkan taruhan itu,” jawab Chungdae, wajahnya terlihat gusar.

“Aku masih akan menganggapmu menang.”

“Aku harus menang itu seperti seorang pria. Tolong dukung aku miss.”

Jantungku berdebar lagi. Sejenak dia terlihat jauh lebih dewasa dari umurnya.

“Tapi bagaimana kalau kau terluka?”

I promise you, I won’t get hurt, miss,” jawabnya tanpa berpikir Panjang.

***

“Kau bilang dia terluka? Tapi kenapa dia masih ikut turnamen taekwondo?” tanya Eunyul eonni.

Kami duduk menonton pertandingan taekwondo sore itu. Dongsun menang lagi dan sekarang Chungdae sedang bertanding.

“Eonni tau, dia keras kepala.”

“Kalau lawannya menyerang kaki kirinya, dia akan habis.”

Aku meremas ujung blazer-ku dengan cemas saat aku menonton Chungdae bertanding. Dia terlihat tidak seimbang. Tapi rupanya aku terlalu banyak khawatir. Wakil SMP 2A dikalahkannya juga. Fans Chungdae berteriak bahagia dan Chungdae merayakannya dengan berlarian di sekeliling arena.

“Jika Chungdae dan Dongsun menang besok, akan terjadi all 3A final match,” ujar Eunyul eonni.

“Entah aku akan memihak siapa,” kataku sambil menghela nafas Lelah.

“Jujur saja kau akan memihak Chungdae kan.”

Yang disebut baru saja menghampiri kami.

Miss, sesudah pertandingan voli ayo temani aku dirawat Park Saem,” pintanya.

Untunglah sepertinya dia tidak mendengar pembicaraan kami.

“Kenapa aku harus menemanimu?” tanyaku heran.

“Tentunya karena miss tidak mau murid tampanmu ini terluka lebih parah kan?”

“Kau sepertinya sudah sehat.”

“Tidak kok,” jawab Chungdae sambil duduk di sebelahku dan mendadak memegangi kaki kirinya, “aduh aduh sakit sekali.”

Aku memutar bola mataku, “hentikan aktingmu itu.”

Eunyul eonni-pun tertawa melihat ulah Chungdae.


No comments:

Post a Comment

[NOVEL] Kim Soyoon and The Legendary Wand [3.2/2] [English ver.]

CHAPTER 3 THE FIRST WEEKEND When we returned to the front of the main hall, our first grade friends were already there along with Daejung op...