벚꽃이 떨어지던 날
The day the cherry blossoms fell
그댈 처음 만났죠
I met you for the first time
낯설은 떨림과
두려운
It was a day of unfamiliar nervousness
설렘들이 뒤섞이던
날
And scary excitement
이제서야 말해요
I can only say it now
나 많이 겁이
났었죠
I was very scared
어쩌면 그때가
Because I thought
마지막이라고 생각했었기에
That it might be the last time
서툰 날 가슴에 품어주고
You allowed me into your heart when I was still
clumsy
날 위해 울어준 그대 눈빛을 기억해
You cried for me, I remember how you looked at
me
심장에 새길게요
I will keep it in my heart
약속해요 잊지 않겠다고
I promise you I won’t forget
날 다시 태어나게 해준 널
You, who allowed me to be born again
내 사람이란
게 자랑스러울 수 있도록
So that you can be proud of being mine
잘 할게요
I will do my best
약속해요 놓지 않겠다고
I promise you I’ll hold onto it all
내게 빛이 되어준 그대와
You, who became my light, and
봄날의 우리를 잊지 않을게요
The us from that spring day, I won’t forget
약속해요
I promise you
외로운 세상에
I will no longer
더는 혼자 두지 않을게요
Leave you alone in this lonely world
우리의 영원은
Because our forever
이제 시작일
테니까
Is starting now
몇 번의 계절이
스치고
Even if seasons pass
시간이 우릴 지나가도
And time goes by us
서로를 잊지 말기로 해요
Let’s not forget each other
I promise you baby
기억해요
I will remember
나조차도 몰랐던 나를 알아봐 줬던
You were there to recognize the person I was
그대로 인해 지금의 내가 있어
When even I didn’t know it, that’s why I am here
now
별빛보다 빛날 태양에 안긴 달로
By the moon held by the sun, shining brighter
than the stars
영원을 약속해요 I promise you
I promise you forever, I promise you
(WANNA ONE – I.P.U Confession Version)
Hari
ketiga pekan olahraga. Kelas 3B gugur di satu cabang lagi kemarin, yaitu
renang. Selebihnya semuanya melaju ke babak semifinal. Chungdae datang pagi
sekali dan ketika aku masuk ke lapangan basket, dia sudah ada disana, menggosok
kaki kirinya dengan obat. Aku duduk di sampingnya.
“Kau merasa lebih baik atau buruk?” tanyaku
khawatir dengan dahi berkerut.
“Aku merasa lebih baik karena miss disini.”
“Aku sedang serius.”
Dia berhenti menggosok kakinya dan
menatapku, “I’m also serious miss.”
“Heo Chungdae!”
“I
feel better, really, because you’re here.”
Aku tertawa karena tak sanggup menghadapi
kejahilannya. Sekali lagi aku menyerah karena dia.
“If I
really win all, let’s go out this Saturday. I’ll tell you the meeting point,”
ujarnya sebelum Kembali sibuk menggosok kakinya.
“Don’t
be overconfident. Your opponents today aren’t easy. In basketball you gonna
meet Middle School 2A, in bowling you gonna meet Middle School 2B, for soccer
is Middle School 3B and High School 2C for taekwondo.”
“I
have good feeling today. Since the weather is so good too. I hope the weather
will stay like this for Saturday.”
Aku mendongakkan kepalaku ke atas dan
merasakan angin musim Semi menerpa pipiku yang kemerahan. Sebentar lagi musim
panas. Tapi sebelum itu, aku ingin menikmati sisa musim Semi dulu.
“Miss,
just look at me.”
Dan Chungdae bergabung dengan Joonki dan
yang lainnya untuk memulai pertandingan basket. Ternyata tim SMP 2A sama sekali
bukan lawan kami. Secara tinggi badan mereka sudah terlihat cukup
terintimidasi, jadi kelas kami menang mudah. Di pertandingan yang lain sayang
sekali kelas 2A kalah, Donghyun datang mengeluh ketika aku tiba di area
bowling.
“Tapi setidaknya aku yakin kau akan ke
final di bowling,” hiburku, “kelasmu masih punya kau sebagai andalannya.”
“Aku berharap Chungdae hyung menang supaya
aku bisa melawannya di babak final,” ujar Donghyun sambil melirik Chungdae.
“Sekalipun aku ke final, aku mungkin tidak
akan bisa mengalahkanmu,” tawa Chungdae.
“Tapi bagaimana sih kau bisa begitu hebat,
Donghyun? Bolanya berat kan?”
“Kalau posturnya benar maka tidak sulit miss. Miss mau coba? Kita masih ada waktu 15 menit sebelum mulai.”
“Do
you wanna teach me? But I might be so stupid.”
“No,
you’ll be okay miss.”
Aku mengangkat bola bowling seberat 7 kg
dan karena kaget akan beratnya, aku menjatuhkan bola itu. Aku memejamkan
mataku, siap mendengar bunyi keras bola menghantam lantai.
“Miss,
be careful!” teriak Donghyun.
Aku membuka mataku karena aku tidak
mendengar suara yang sudah kuantisipasi. Syukurlah ternyata Donghyun menangkap
bolanya sebelum jatuh ke lantai. Reflek yang sangat bagus.
“Try
to hold the ball like this.”
Donghyun mengambil bola 10 kg dan
mengangkatnya dengan mudah.
“Like
this?” tanyaku sambil berusaha mengikuti posenya.
Dia tertawa dan mendekatiku, meletakkan
bolanya lalu mengambil tangan kiriku untuk menahan bola di tangan kananku, “like this, miss.”
Aku merasa bola itu sudah lebih mantap di
tanganku sekarang.
“Now
look at my step and pose when I hit the pins,” pinta Donghyun.
Mata Donghyun tertuju ke pin di kejauhan lalu ke bolanya. Dia
melangkah sekali, dua kali, tiga kali, lalu sebelah kakinya dilipat seperti
berlutut saat ia melepaskan bolanya. Bola itu melaju kencang dan menjatuhkan
seluruh pin yang ada. Ketika dia
terlihat serius begini, dia terlihat sangat tampan. Aku lupa pada apa yang baru
saja kuperhatikan tadi. Bagus sekali, Baek Choeun.
“Did
you see that miss? You wanna try?” tanya Donghyun.
Suaranya membawaku tersadar dari lamunanku.
Aku berdeham dan mengikuti apa yang baru kulihat tadi dan ketika aku melepas
bolaku, bola itu melaju ke samping kanan, tidak mengenai apapun.
“Aku terlihat bodoh.”
“Tidak miss,
coba lagi melangkah.”
Aku coba melangkah lagi hingga aku akan
melepaskan bolanya, saat itu aku merasa ada yang memegangi pergelangan tanganku
dari belakang dan mengarahkannya saat aku melepas bola.
“Ini seharusnya berhasil.”
Aku tak memperhatikan bolaku lagi. Aku
menoleh dan wajah Donghyun sangat dekat dengan wajahku, aku bisa melihat fitur
wajah tampannya dari samping, dan tangannya yang hangat masih memegangi
pergelangan tanganku. Jantungku berdebar kencang seolah aku baru berlarian. Apa
yang terjadi? Apa aku sudah gila?
“Halo, aku masih disini.”
Suara Chungdae yang terdengar datar
membawaku tersadar dan perlahan sekali Donghyun mundur sambil tersenyum.
“Miss,
yang tadi itu strike,” puji Donghyun
bangga.
“Oh itu pasti karena kau membantuku,”
ujarku geragapan, “ah ya pertandingan akan dimulai. Aku akan menonton dari
sana.”
Aku berjalan cepat menuju tempat penonton,
tapi entah mengapa aku bisa merasakan tatapan tajam Chungdae di punggungku.
Pertandingan antara Chungdae melawan perwakilan dari SMP 2B berlangsung sangat
ketat. Aku memperhatikan kaki kirinya yang aku yakin masih belum dalam keadaan
fit. Dia membuat dua kali strike tapi
beberapa kali dia hanya bisa menjatuhkan 3 atau 6 pin saja. Dia terlihat sangat serius hari ini dan membuatnya
terlihat berbeda. Tapi sayang, sebanyak apapun dukungan yang diberikan
untuknya, dia akhirnya harus kalah, berselisih 13 poin dengan lawannya.
Wajahnya terlihat muram sekali.
“Ah, sial…” keluhnya saat mengambil botol
minum di dekatku, “miss, jangan lupa
pada janjimu.”
“Yang mana?” tanyaku sambil mengerjapkan
mataku.
“Bahwa bowling tidak masuk dalam taruhan
kita.”
“Oh ya, tenang saja,” aku tersenyum
meyakinkannya.
Ssmentara itu Donghyun menang telak melawan
perwakilan SMP 2A. Skornya nyaris sempurna, hanya kurang 1 poin.
“Donghyun memang rajanya,” pujiku sambil
bertepuktangan dengan yang lain, “selamat Donghyun, besok final kan?”
“Ya miss,
terimakasih,” balasnya sambil agak tersipu.
“Hey Chungdae tunggu! Ayo kita ke sekolah
bersama!” teriakku ke punggung Chungdae, yang entah sejak kapan sudah beranjak
dari sisiku.
Chungdae tidak terlihat ceria hari ini,
bahkan wajahnya terlihat seperti agak marah, tapi tim sepakbola kami melaju ke
babak final, dan akan melawan kelas 2A, kelasnya Donghyun. Dongsun, sayangnya,
kalah di cabang bulutangkis. Tapi tak apa, kelas 3B hampir semuanya masuk final
mulai dari basket, lari, sepakbola dan voli. Dan mungkin all final untuk taekwondo, tergantung apakah Chungdae dan Dongsun
bisa mengalahkan lawan-lawan mereka hari ini. Eunyul eonni bergabung denganku
lagi untuk menonton pertandingan taekwondo.
“Chungdae terlihat seperti ingin mengambil
nyawa lawannya. Beritahu dia, lawannya itu Cuma adik kelasnya.”
Eonni benar. Hari ini Chungdae bertarung
mati-matian, bahkan kaki kirinya terlihat sehat saat ini. Apa yang terjadi
dengannya?
“Heo Chungdae melaju ke babak final!” putus
tim juri, yang langsung disambut sorakan senang para pendukung kelas kami dan
fans Chungdae.
Chungdae duduk dan terlihat agak pucat,
keringat membasahi seluruh tubuhnya. Aku mengambilkan minum dan handuk
untuknya.
“Chungdae, kau sangat hebat!” pujiku.
“Terima kasih miss. Maaf tapi apa aku boleh pulang duluan hari ini?”
“Apa ada yang sakit?”
“Tidak. Aku hanya ingin beristirahat.”
“Ah baiklah, beristirahatlah yang cukup.
Aku bisa menyelesaikan rekapitulasinya sendiri.”
“Terima kasih. Sampai ketemu besok.”
Rasanya ada yang aneh pada Chungdae. Tapi
aku berharap dia baik-baik saja. Dan memikirkan dia mencapai babak final untuk
basket, sepakbola dan taekwondo, itu berarti peluang dia memenangkan taruhan
semakin besar. Apa yang harus kulakukan?
Kenapa aku berjanji padanya? Tapi kalau dia memang memenangkan semuanya, aku
tidak bisa menghindari taruhan itu kan? Seharusnya aku memang tidak boleh
menyetujui itu dari awal.
***
No comments:
Post a Comment