Friday, August 22, 2025

[NOVEL] I'm (Not) Allow to Love You [Three.1/2] (Bahasa Indonesia ver.)

Three

 

아직 잠깐만 are you ready

Hold on, wait, are you ready

내가 신호를 주면

When I give you the sign

하나 둘 셋 세고 눈을 떠 봐

Count to three and open your eyes

뭣 때문에 내가 이러는지

I’m sure you’re curious

넌 궁금해 하지만

Why I’m doing this

아무 날도 아닌걸

But it’s not just any day

 

Like Monday Tuesday Wednesday Thursday

너와 함께한 순간 내겐 always

Moments with you

매일 같이 특별했었으니까

Are always special

 

불어 봐 candle light candle light candle light baby

Blow on the candle light, candle light, candle light baby

함께해 준 모든 날 고맙다는 뜻이야

It means I’m thankful for all the days we spent together

이럴 땐 왠지 난 왠지 난 왠지 난 baby

At times like this, for some reason, baby

쑥스럽긴 하지만 널 사랑한단 뜻이야

I get shy but it means I love you

환하게 미소 진 눈부신 널 보니

When I see you brightly smiling and dazzling

Na na na na na na na

너와 나 영원히 해달란 소원이

My wish of us being together forever

다 이뤄질 것 같아

Seems like it will come true

 

마음속에 네가 있기에

Because you’re in my heart

자연스러워 내 멜로디

My melody is natural

너로 인해 가능해졌어 나의 꿈들이

My dreams were possible through you

이루고 싶어 전부 너와 함께

I want to fulfill them all with you

혼자가 아닌 이제 너와 같이 girl

I’m not alone, I’m with you girl

나 홀로 누군가가 필요할 때 나타나준 너

When I needed someone, you came to me

평범함 속에도 너의 소중함을 celebrate

Even in the ordinary, I celebrate your preciousness

촛불같이 놓여진 street 불빛들 마저 특별해

Streets shining with candles, even the lights are so special

늘 내 곁에 있어 줘

Always stay by my side

(NCT DREAM – Candle Light)


Aku suka Pekan Olahraga Sekolah, meski ini berarti untuk pertama kalinya aku mengalaminya. Itu berarti hari Selasa hingga Jumat tak ada jam belajar, semua diisi dengan pertandingan olahraga. Aku adalah perwakilan penanggungjawab dari pihak guru, sedangkan perwakilan murid adalah Chungdae. Dia masih diperbolehkan ikut pertandingan. Beberapa cabang olahraga seperti lari, voli, bulutangkis, basket, sepakbola, senam, taekwondo, panahan dan renang bisa dilakukan di sekolah namun khusus untuk bowling akan dilakukan di Bowling Centre yang letaknya tak terlalu jauh dari sekolah. Hari Senin adalah hari rekap ulang semua nama peserta lomba. Aku dan Chungdae duduk di lantai ruang gym yang dilapisi karpet empuk dengan kertas berserakan di hadapan kami.

“Jadi maksimal 1 murid hanya boleh mengikuti 3 cabang olahraga kan?” tanyaku butuh diyakinkan.

“Ya. Ini data kelas kita,” jawab Chungdae yang terlihat serius, menyerahkan selembar kertas padaku.

Setelah itu, Chungdae sibuk memilah kertas-kertas lainnya dengan dahi berkerut, sementara aku meneliti data kelas kami.

“Yeowoo akan ikut lari saja? Kukira dia mau ikut yang lainnya?”

“Dia bilang perutnya suka kram akhir-akhir ini jadi kurasa dia dilarang dokternya.”

“Aduh, kita kehilangan satu atlet. Jadi Joonki ikut voli, basket dan… senam? Dia bisa senam?” tanyaku, gagal menyembunyikan dengusan geliku.

Miss baru saja menertawakan Joonki?” tunjuk Chungdae penuh kemenangan.

“Bukan begitu,” tawaku, “aku hanya heran.”

“Dia dikerjai Yeowoo. Yeowoo yang menuliskan Namanya,” ucap Chungdae yang akhirnya ikut tertawa juga, “tapi biarkan saja miss, kita butuh hiburan.”

Aku tertawa dan mengecek kertas lagi, “Dongsun ikut bulutangkis, sepakbola dan taekwondo. Bagus, kurasa kelas kita ada peluang. Dimana Hyeil mendaftar?”

“Hyeil mendaftar di basket, sepakbola dan bulutangkis. Dan ngomong-ngomong aku juga ikut basket, sepakbola dan taekwondo! Miss tidak memujiku!”

Aku tertawa lepas, “ya ya Heo Chungdae akan membawa kelas 3B menang di semua cabang yang diikutinya.”

Aku meneruskan rekapitulasi nama-nama yang hampir selesai sebentar lagi, mengetik dengan giat di laptopku.

Miss ayo kita bertaruh.”

“Ya, sekolah tidak mengajarimu bertaruh, Chungdae.”

“Ayolah sekali ini saja miss.”

Aku mendesahkan nafasku dengan lelah. Memang salahku sudah memberi banyak kelonggaran pada Chungdae dan sepertinya dia tau aku makin lemah padanya akhir-akhir ini.

What do you want?” tanyaku sambil menghela nafas Panjang.

If I win in all of the competition which I join, will you go on a date with me?”

Aku menepuk kepalanya dengan tumpukan kertas.

How dare you to ask your teacher to date you!”

Tapi dia malah nyengir lebar, “apa yang miss pikirkan? Maksudku hanya menemaniku seharian saja.”

Aku pasti sudah berpikir terlalu jauh. Baik, hanya seharian kan? Itu kedengarannya masih oke.

“Baik, jika sungguh hanya itu maumu.”

“Aku sekarang lebih semangat dan akan benar-benar memenangkan semuanya!” seru Chungdae sambil mengacungkan tinjunya ke udara.

Dasar bocah yang satu ini. Sulit untuk tidak menyukainya. Tapi aku harus penuh dengan pengendalian diri. Dia muridku. Ingat itu, Choeun, dan jangan bertindak bodoh.

***

Hari  Selasa tiba dan ini berarti babak penyisihan tiap cabang olahraga dimulai. Aku dan Chungdae nyaris selalu berjalan bersama sejak pagi, dengan aku membawa buku catatan dan dia mengomentari banyak hal. Pertandingan pertama yang diselenggarakan adalah basket dan dalam pekan olahraga ini, murid SMP dan SMA akan bertarung, sedangkan murid SD menjadi penontonnya. Kelas 3B melawan kelas 1A SMA dalam pertandingan basket. Mau tidak mau aku gugup dengan hasilnya. Selain aku adalah wali kelas, aku teringat taruhanku dengan Chungdae. Dia terlihat bersemangat sekali di lapangan, dia bahkan mencetak three points dengan mudah. Meski kelas 1A memberi perlawanan yang sengit tapi kelas kami melaju ke babak berikutnya. Aku menepuk punggung Joonki, Hyeil dan Chungdae dengan bangga.

“Bagus, bagus sekali!” pujiku sambil tersenyum lebar.

“Kita bertemu siapa di babak berikutnya miss?” tanya Joonki sambil melirik catatanku.

“Oh tidak. Kita akan melawan 3A.”

“Kita akan melawan kelas tetangga? Seawal ini?” tanya Hyeil tak percaya sambil mengacak rambutnya.

“Mereka memang kuat, tapi aku yakin kita akan menang,” ujar Chungdae setelah menenggak minumannya.

“Oh sekarang kita harus menonton pertandingan bowling!” seruku.

“Aku ikut!”

Banyak murid yang berlarian menuju gedung Bowling Centre. Ketika kami tiba, Dongsun sudah ada disana.

Miss, ini gawat, Minjae tidak bisa hadir karena dia sakit hari ini,” lapor Dongsun.

“Dalam keadaan mendesak, pemain boleh diganti. Siapa yang siap?” tanyaku sambil menatap murid-murid 3B yang ada di dekatku.

Dongsun, Chungdae, Hyeil dan Joonki bertukar pandangan dan ketiga muridku yang jangkung itu menunjuk Chungdae pada saat yang bersamaan.

“Aku tak terlalu mahir di bowling,” keluh Chungdae.

“Lakukan sajalah, yang penting melakukan yang terbaik,” bujuk Hyeil.

“Baiklah, akan kulakukan.”

Aku melapor kepada dewan juri bahwa pemain kami baru saja diganti. Saat itu Eunyul eonni menepuk bahuku.

“Sudah menang berapa?” tanyanya penasaran.

“Kami sudah lewat basket. Pemain bowling kami mendadak sakit jadi Chungdae yang menggantikannya,” jawabku ringkas.

Eunyul eonni tersenyum penuh arti ketika aku menyebut nama Chungdae. Aku memandanginya dengan mata yang kusipitkan sedemikian rupa.

“Hentikan itu eonni. Kau tau itu tidak boleh.”

Well, it’s never wrong to fall in love.”

Except you fall in love to you-know-who,” ucapku sambil memutar bola mataku.

Chungdae baru melakukan strike sekali namun lawannya dari kelas 2A tampaknya sama hebatnya dengannya. Dan aku baru sadar di line sebelah, Donghyun sedang melawan perwakilan kelas 3C. Suara tepuk tangan dan sorakan terdengar. Aku melihat ke layar yang menampilkan skor dan terbelalak menyaksikan Donghyun sudah melakukan 7 strike berturut-turut. Aku berjalan mendekati line-nya bermain.

“Wow, Donghyun. Wow.”

“Ah miss,” hardiknya malu-malu.

“Jadi bakatmu yang sesungguhnya disini?”

“Tidak miss, aku baru mulai main sejak Desember kemarin.”

Aku hanya bisa terpana saat Donghyun melepaskan bolanya lagi dan dia mendapat strike kedelapan. Eunyul eonni menyenggolku.

“Kau mau videonya? Aku baru saja merekamnya dengan slow motion mode,” bisiknya sambil mengacungkan ponselnya ke hadapanku.

Aku melirik ke ponselnya dan jantungku berdebar dengan kecepatan yang tidak normal. Wajah Donghyun yang tenang dan ujung seragamnya yang agak berkibar ketika dia melepaskan bola, dia terlihat sangat tampan. Perlu dicatat bahwa Donghyun tidak selalu terlihat setenang ini. Well, pada dasarnya dia sering bersikap konyol. Tapi rupanya ketika berolahraga dia menunjukkan sisi lain dirinya.

“Sejak kapan dia terlihat setampan itu? Maksudku, dia terlihat jauh lebih tampan lagi dari biasanya,” puji Eunyul eonni.

“Aku tau, eonni. Dia benar-benar keren…”

Miss, kau tidak melihatku bertanding!” keluh Chungdae yang mendadak berjalan ke arah kami.

“Hyung! Menang?” tanya Donghyun.

“Menang, meski tidak semudah kau memenangkannya,” keluh Chungdae.

“Ayo bermain bersama kapan-kapan,” ajak Donghyun.

“Nanti saja kalian mengobrolnya. Ayo cepat, kita harus segera kembali ke sekolah!” hardikku pada mereka berdua.

Kelas 3A melaju di semua cabang olahraga di babak berikutnya kecuali senam dan panahan. Seperti yang diduga Joonki hanya menjadi bahan tertawaan di cabang senam, sedangkan perwakilan kami di panahan kalah dengan Donghyun yang nilainya juga nyaris sempurna. Aku juga mengkhawatirkan semangat yang tidak biasa yang ditunjukkan Chungdae di sepakbola dan taekwondo. Aku khawatir jika aku harus kalah taruhan dengannya dan apa tanggapan Eunyul eonni jika dia tau isi taruhan kami. Aku belum memberitaunya, antara aku sengaja atau tidak sengaja melupakannya.

Miss Baek.”

Aku baru menyadari kalau Hyeil si ketua Students Committee duduk di sampingku menonton voli, pertandingan terakhir untuk hari ini. Chungdae entah ada dimana, dia sudah menghilang.

“Ya, Hyeil?”

“Sebenarnya aku hanya penasaran. Siapa murid favoritmu?”

“Guru dilarang memiliki murid favorit,” hardikku sambil tertawa.

“Kalau begitu, siapa murid paling tampan menurut miss?”

“Kau benar-benar tidak akan berhenti bertanya ya.”

“Ayolah miss, aku hanya ingin tau. Aku kan akan segera lulus,” ucap Hyeil sambil memamerkan senyumnya yang mempesona, “rahasia akan aman.”

Aku memandanginya, “oh benar. Aku akan merindukanmu, Hyeil.”

“Dan merindukan Chungdae, Dongsun, Joonki dan Yeowoo? Miss akan kesepian tanpa Chungdae dan Joonki. Dan ngomong-ngomong, aku masih akan sering mengunjungi sekolah sementara Chinye masih sekolah disini.”

“Baiklah kalau begitu. Aku bersyukur.”

“Dan urutan miss?”

“Ya ya baiklah. Kurasa… Donghyun yang pertama untukku.”

“Oh wow. Ya, siapa yang tidak suka Donghyun, kurasa banyak guru yang menyukainya.”

“Lalu kurasa Dongsun.”

“Kukira miss akan memilihku.”

“Kau di urutan ketiga!”

“Itu cukup baik. Lalu?” tanya Hyeil lagi, yang biasanya tidak mengobrol sebanyak ini.

Chungdae baru saja berjalan memasuki area lapangan dan tak lama lagi pasti akan menghampiri kami.

“Chungdae dan Joonki.”

“Ah… ya ya. Terimakasih untuk jujur padaku miss,” bisik Hyeil, lalu tertawa kecil.

Aneh memang rasanya mendadak Hyeil menanyakan itu padaku. Tapi aku tidak sepenuhnya jujur. Tak mungkin Chungdae ada di posisi keempat untukku. Tapi dia juga tak bisa begitu saja berada di posisi pertama. Ah entahlah, aku bingung.

***


No comments:

Post a Comment

[NOVEL] Kim Soyoon and The Legendary Wand [3.2/2] [English ver.]

CHAPTER 3 THE FIRST WEEKEND When we returned to the front of the main hall, our first grade friends were already there along with Daejung op...